Powered By Blogger

Rabu, 03 Oktober 2012

Bulan Bintang Yang Terbuang

Putaran waktu terasa lambat saat perih mengiris. Kunang - kunang malam maeredup karna haru luka yg menyilaukan mata. Tertawa saja, tertawalah sepuasmu. Aku benci, sepi ku benci. Aku ingin lari ke padang ilalang malam dan hilang. Biarkan saja, ku biarkan saja kau tertawa diatas semua rasa. Puaskan dahagamu itu...!! Biar ku dengar bisingnya. Biar terima sakitnya dengungan tawa malam ini. Tak ada yg tau... Tak ada yg rasa... Tak ada yg terganggu... Biar aku saja yg terima. Tegak mata ku menatap langit yg seakan memperolok tangisanku.  Menggibah alur luka yg terpatri di dadaku.  Menatap hina atas semua sesalku.  Biarkan saja...  Tak peduli terguncangnya bongkahan darah di balik dada.  Toh, semua memang seharusnya ku terima...
Alam bebas ini seperti ruang hampa yang mencekik sampai ketulang leherku.
Sesak, aku ingin bernafas.
Sesak, jantungku seakan berhenti memompa darah agar mengalir.
Tatapan mataku mulai samar termalam bintang - bintang sepi yg merayu sang bulan.
Bagaimana ini...?
Apa aku akan mati disini...?
Mati ditengah ilalang sepi yg bisu tuli.
Tak mau meratapi sakitku.
Tak mampu mendengar jerit batinku.
Jika aku akan mati, maka biar lah itu terjadi.
Namun impianku masih terus berdiri tegak menembus langit.
Harapku masih terseru ke jiwa-jiwa yg murni.
Ratapanku masih didengar oleh malaikat-malaikat malam yg terjaga disetiap sisi penjuru bumi.
Aku yakin aku mampu bertahan.
Pagi kan datang...!
Cahaya akan kembali menyinari.
Kehangatan kan menyelimuti tubuhku yg tertusuk sepi.
Pagi akan datang, biarkan sang bulan tertawa bersama prajurit bintang yg memujanya.
Aku percaya matahari kan datang...!!


        ::::::::::::::::::::::::::::::::::::   C  ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

1 komentar: